c7f106d59f675b8e147b34207aecf28c-2ea95616
TEROPONG MALAM

TEROPONG MALAM

  •  Kota new York yang sangat ramai dan orang orang yang sibuk dengan urusan mereka masing masing. Sementara di halte bus duduklah seorang pria yang bernama William. William adalah seorang kakak tertua dari 4 adik laki lakinya. William sudah lama tidak bekerja, karena William sering telat dan malas malasan di pekerjaannya yang dulu. Bus pun sampai, William segera bergegas masuk ke bus tersebut. Setelah sampai di tujuan yaitu rumahnya sendiri, William melepas sepatu dan berbaring di tempat tidurnya.

Tidak lama bibi William yang bernama bibi Luna datang menemui William untuk membicarakan sesuatu

Bibi Luna: “sudah pulang Will?”
William: “sudah bi”
Bibi Luna: “gimana sudah dapat pekerjaan?”
William: “belum”
Bibi Luna: “sebaiknya secepatnya kamu mencari pekerjaan lain, karena keperluan adik kamu sudah banyak. yasudah kamu mandi dulu, bibi sudah siapkan makan malam”.
Dengan wajah kecewa bibi Luna pergi meninggalkan William.

Setelah makan malam, Will kembali ke kamar dan mengambil teropong kesayangannya. Teropong itu pemberian ibu Will saat masih hidup dan memintanya untuk menjaga teropong tersebut. Saat ia merasa sedih, marah, dan putus asa, Will selalu mengarahkan teropong tersebut ke arah bulan. Disanalah Will merasa ibunya selalu mendampinginya dan merasa tenang. Will pun berfikir, dia tidak boleh terus menerus merepotkan bibinya dan dia harus bisa mencari pekerjaan sendiri agar bisa membantu bibi Luna.

Keesokan harinya Will bergegas untuk mencari pekerjaan, tak lama kemudian Will menemukan selebaran yang berisikan lowongan pekerjaan.
Setelah sampai di alamat yang disampaikan di selebaran tersebut Will kaget karena rumah itu sangat besar dan sangat kaya. Setelah menunggu cukup lama akhirnya tiba giliran Will untuk menerima beberapa pertanyaan.

Kelie(manager albus): “perkenalkan dirimu”
William: “Namaku William, usiaku 25 tahun dan apa yang bisa aku kerjakan disini?”
Albus: “baiklah william-“
William: “panggil saja aku Will” (dengan senyum manis)
Albus: “baiklah Will kau disini akan bekerja sebagai perawat”
William: “siapa yang akan aku rawat?”
Albus: “tentu saja aku”
William: “apa! Merawatmu? Yang benar saja”(memasang wajah meremehkan)
Albus: “ya, aku sudah lumpuh selama 12 tahun dan perawatku yang dulu sudah mengundurkan diri”
Kelie: “kalau kau tidak mau, pergi dari sini sekarang”.
William: “baiklah, oke aku terima pekerjaan ini”
Dengan sedikit kesal Will menerima pekerjaan tersebut.
Kelie: “baiklah kau mulai bekerja hari ini”

Akhirnya Will diterima di pekerjaan barunya untuk merawat albus. Pekerjaan Will dimulai dari membantu albus mandi, membantu albus berganti pakaian, membantunya makan dan memijati kakinya. Karena seluruh tubuh albus tidak bisa bergerak dan mengharuskan nya untuk selalu di kursi roda. Albus meminta Will untuk mengambilkan air panas, ketika Will ingin menuangkan air panas itu ke gelas tidak sengaja Will menumpahkan air panas itu ke kaki albus.
William: “aku minta maaf albus, a- aku ngga sengaja”
Albus: “tenang aja Will aku ga papa kok, kan seluruh tubuh aku udah mati rasa”
William: “kau tidak merasa panas sedikitpun?
Albus: “tidak”(sambil tersenyum karena tingkah Will)
Will kembali menumpahkan air panas itu ke kaki albus. Dan mereka berdua pun tertawa.

Hari demi hari berlalu, dimana mereka berdua semakin akrab tiap harinya. Will kini tak menganggap dirinya sedang bekerja melainkan dia telah merawat sahabatnya sendiri.

Albus: “terimakasih Will kau telah mengubah hidupku menjadi menyenangkan seperti sekarang”
Albus: “kau tahu, perawatku yang dulu tidak pernah membuatku tertawa, dia merawatku ya untuk bekerja tidak sepertimu. Kau merawatku dengan penuh canda tawa”
William: “haha jangan terlalu memujiku, nanti bisa bisa aku naik keatas lagi”. Mereka pun tertawa.

Suatu hari albus mengajak william untuk pergi bersamanya, sebelum itu albus menyuruh William untuk memilih mobil yang cocok untuknya

William: “Waaw, apakah ini semua mobilmu albus?”
Albus: “pilihlah yang menurutmu cocok untukmu”
Setelah memilih mobil mereka pun berangkat
William: “kemana sebenarnya kita pergi?”
Albus: “jalan saja nanti ku kasih tau”

Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang cukup besar, dan ternyata itu adalah rumah dari anak nya albus. Setelah mengantar albus masuk kerumah tersebut William memutuskan untuk menunggu di luar.
Albus keluar dari rumah dengan muka yang cukup kesal

William: “apa kau baik baik saja?”
Albus: “ya, kita pulang sekarang”.

Malam harinya William berniat untuk menanyakan keadaan albus

William: (memberikan teropong kesayangannya ke albus)
Albus: “untuk apa ini?”
William: “jika aku sedang sedih, marah, dan putus asa aku selalu melihat bulan dengan teropong itu”
William: “cobalah dan kau akan merasa jauh lebih baik”
Albus: (mengarahkan teropongnya ke bulan)
William: “sebaiknya kau temui anakmu dan bicara secara baik baik”
Albus: “terimakasih Will” (terlihat albus sangat senang)
William: “ayolah albus tertawalah, besok akan ku antar dengan mobil balap ku”
Mereka berdua pun tertawa dan saling berbagi cerita.

Keesokan harinya setelah Will selesai membantu albus makan, mereka berdua pun berangkat ke rumah anak albus. Setelah sampai, tak lupa Will memberi semangat kepada albus

William: “Semangat, jangan lupa sampai kan salam ku padanya”
Albus: “iya, terimakasih”

Setelah menunggu sekitar setengah jam Will diluar, akhirnya albus datang dengan ditemani oleh anaknya

Albus: “Will perkenalkan dia anakku, namanya Angelina. Dan angel perkenalkan dia sahabat ayah, namanya William”
Angelina: “terimakasih paman sudah mengantar ayah kesini(sambil tersenyum ke arah William)
William: “sama sama nona, kalau begitu ehmm kita pulang?”
Albus: “baiklah, angel ayah pulang dulu ya”
Angelina: “iya ayah, paman jangan ngebut ya”
William: “tentu saja, saya pamit nona Angelina”
Angelina: “baiklah hati hati”.
Mereka berdua akhirnya pulang kerumah dengan keadaan gembira.

Hari demi hari berlalu begitu cepat. William sekarang bukanlah yang dulu, dimana dia dulu yang bermalas malasan dalam bekerja dan sekarang dia sangat rajin bekerja dan merawat albus dengan sangat baik. Semua itu berubah ketika suatu pagi dimana William tengah menyiapkan sup di dapur, tiba tiba terdengar suara barang jatuh dari kamar albus. Seketika Will berlari ke kamar albus, Will disitu sangat kaget karena dia melihat albus yang sudah terbaring di lantai. William segera membawa albus ke rumah sakit.Setelah 1 jam lebih, dokter keluar dari ruangan albus dan segera William bertanya kepada dokter tersebut
William: “dokter bagaiman keadaan albus”
Dokter: “keadaan pasien masih dalam keadaan koma pak, dan dikarenakan penyakit yang diderita pasien cukup serius.. dikhawatirkan umur pasien tidak lama lagi. Saya permisi pak”.

Wajah William terlihat pucat setelah mendengar kabar tentang albus tersebut. Dia disitu sangat terpukul dan sedih. Ia tak ingin Angelina sedih karena mendapat kabar ini, tapi di satu sisi bagaimanapun Angelina adalah anak albus dan dia harus tau tentang ini. Setelah memberitahu angel tentang kabar ayahnya, saat itu juga angel pergi ke rumah sakit. Tibalah Angelina di rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Air mata Angelina tak dapat tertahan setelah melihat ayah nya yang terbaring lemah di tempat tidur. William yang berada di dekat Angelina, langsung memeluk dan menguatkan Angelina.
Beberapa hari berlalu, albus sadar dari koma nya dan meminta Will masuk ke ruangannya.

William: “Albus.. bagaimana keadaan mu sekarang.., merasa lebih baik?”
Albus: “Ya aku… aku baik”
William: “Kau harus sembuh albus. Kau orang kuat, albus yang ku kenal tidak mudah menyerah”
Albus: “boleh aku meminta sesuatu kepadamu Will?”
William: “Tentu saja, aku akan memberikanmu apapun yang kau mau”
Albus: “Tolong kau jaga Angelina, dan yang aku tahu Angelina tidak suka ada yang bersikap kasar padanya. Itu saja permintaan ku”
William: “Pasti albus.. pasti”.
Disaat itu juga albus menghembuskan nafas terakhirnya.

William memeluk erat Angelina yang sedang menangis menatap pemakaman ayahnya. Dan William berjanji akan menjaga Angelina dengan sangat baik layaknya seorang ayah bagi Angelina.
1 tahun sudah albus meninggalkan William. Kini William telah menjadi seorang yang sukses. Sekarang ia tahu bahwa menjadi seorang yang berhasil tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi butuh perjuangan untuk mencapai sebuah keberhasilan.

Suatu malam ia teringat akan sahabatnya yaitu albus, segera mengeluarkan teropong kesayangannya dan mengarahkannya ke bulan sambil mengingat kembali segala suka maupun duka yang ia lewatkan bersama albus. Dan ia mengucapkan _”terimakasih albus, karena sudah memberiku kesempatan agar aku bisa berubah dan menjadi orang yang sukses”_

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel
Terkait